Lebaran kali ini ku luangkan sedikit waktu untuk berbagi dengan alam. Seperti biasa seolah menjadi even tahunan setiap lebaran tiba, sekalian mudik ke kampung tempat aku dibesarkan bersama keluarga nenek.
Dari rencana semula ingin berkunjung ke gn.Sindoro, tapi kemudian informasi dari teman kalo gn.Sindoro-Sumbing baru terjadi kebakaran di sekitar puncak. Hmm padahal ingin sekali tuk berkunjung ke sana yah udah kurang lebih 5 tahun sudah aku tak menapaki jalan setapak menuju segerombolan edelweis dan lapangan yang lebar dan cerukan yang terisi air hijau sambil menatap gunung dihadapan yaitu gn. Sumbing. Mungkin saja dilain kesempatan aku kan berkunjung kesana.
Seperti lebaran tahun lalu kita sepakat tuk mendaki gunung yang terdekat saja yang bisa ditempuh dengan sepeda motor dari rumah sampai basecamp, ada 2 pilihan antara Merapi dan Merbabu lewat jalur Selo-boyolali. Karena akhir bulan juli kemarin kita baru dari Merapi maka kesempatan kali ini sepakat tuk berkunjung ke Merbabu lagi.
Tak sebanyak tahun lalu 5 orang yang ikut (Aku, Topik, Wanto, Endro, Mbk Siti) tapi untuk tahun ini berkurang menjadi 3 orang Aku, Topik dan Mbk Siti aja. Maklum saja temen2 sebagian udah pada merrid jadi udah berkurang minatnya tuk berkunjung ke gunung alias gantung keril. Hehe.. belum terbayangkan olehku kapan aku merrid kapan aku gantung keril. Dan semoga saja bisa dapet isri yang bisa mengerti akan suami.. amiin.
Tak bisa dipungkiri memang keindahan alam itu memikat hati hingga sering membuat kita merindukannya, dalam hangatnya persahabatan, taffakur alam, menyadarkan kita bahwa Allah yang menciptakan itu semua.
Rabu 23 september 2009 16.00 wib ku mulai packing tuk ke Merbabu, kali ini Cuma bawa daypack lagi. Kumasukkan flysheet dan ponco. Melaju sendiri di atas dua roda menembus jalan yang berliku dan gelap dinginnya kaki gunung merbabu. Hingga akhirnya sampai di pasar selo. Ku lihat handphone kulihat jam setengah tujuh, ku coba hubungi sobat topik tapi tak terjawab. Hmm.. enaknya nunggu sambil makan soto tempat biasa makan sebelum melakukan pendakian enak dan murah harganya antara 3rb dan 4rb sambil minum teh hangat hingga akhirnya kita berkumpul.
Azan isya’ berkumandang kita sholat berjamaah di masjid selo. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Basecamp, bruntung kita pake motor kalo jalan kaki jauhnya lumayan mungkin sekitar 1 jam. Pukul 20.00 wib tibalah kita di basecamp Pak Narto, di situ udah banyak pendaki yang baru saja turun dan mereka berencana untuk pulang esok hari.
Kita mulai atur rencana dari pengalaman pendakian kemarin. Dari basecamp menuju pos terakhir sebelum track menuju puncak dibutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Kemudian dari pos edelweis tersebut summit attack sekitar 1½ jam. So kita berencana berangkat dari Bc pukul 22.00 sampai di pos edelweiss pukul 02.00, nah disitu kita bisa istirahat tidur 2 jam kemudian pukul 04.00 bangun, packing trus summit attack puncak diselingi sholat subuh di tengah perjalanan.
Malam itu cerah tapi agak berkabut, bintik air jatuh membasahi tanah yang berdebu hingga mengurangi debu yang terbang saat kaki ini menapakinya. Sambil bercerita dan canda tawa kaki ini melangkah mengikuti jalur yang terhampar didepan walau kadang berhenti tuk mengambil nafas yang terengah2. Jalurnya kadang bercabang dan ada beberapa tanda panah yang terbalik sehingga dapat menyesatkan para pendaki, pertigaan pertama kita belok kiri kemudian pertigaan berikutnya kita harus ambil kanan terus hingga jalan melingkar menuju punggungan bukit. Dari situ kita hanya terus mengikuti mjalur hingga ke puncak.
2 jam sudah kita berjalan hingga sampai di pos batu tulis disitu terdapat batu kotak besar. Sejenak beristirahat dan melihat keindahan malam. Kabut sudah menghilang kulihat keatas indahnya bintang2 satu dua sinarnya sangat terang. Saat kutatap agak lama aku seakan berada di ruang 3 dimensi diantara bintang2. Subhanallah mulut ini berucap. Sungguh Allah swt telah memperlihatkan kuasanya. Kami pun kadang menyanyikannya
“Bintang dilangit kelip engkau disana memberi cahayanya disetiap insan
Malam yang dingin kuharap engkau datang memberi kerinduan di sela mimpi-mimpinya
Melangkah sendiri ditengah gelap malam hanya untuk mencari jatuh sinarnya
Tak terasa sang waktu melewati hidupnya karena pagi menjelang mengganti malam
Oh bintang tetaplah pastikan cahyanya sinari langkahku setiap saat
Bintangpun tersenyum dengarkan pintaku …..
Hehe.. itukan lagu bintang yang dinyanyikan grup band AIR skitar tahun 1999/2000.
Alhamdulillah perjalanan sesuai rencana sampai di pos edelweis pukul 02.00 ternyata di situ sudah ada satu tenda, kami langsung disuguhi secangkir kopi hangat, lumayan buat menghangatkan badan (malam itu dingin bgt euy). Bertiga tidurnya beralaskan ponco dan berselimut flayseet. Kalo angin sih enggak tembus tapi lama kelamaan mulai mengembun dan dingin. Pasang alarm jam 04.00.
Alarm berbunyi kupaksakan badan yang lelah tuk bangun dan membangunkan teman yang lain. Saat kubuka flayseet kulihat langit masih cerah dan bintang bertaburan, tapi saat mulai packing kabut mulai datang dan semakin tebal. Rencana harus tetap berjalan bro kita ngetrek sampai puncak dan nunggu kabut menyingkap di puncak.
Dengan diselingi sholat subuh di tengah lereng akhirnya sampai puncak pukul 05.30. kabut dan angin masih saja tebal, bayangan melihat sunrisepun lenyap. Dan kini pasrah saja mungkin Allah belum mengijinkan kita tuk melihat sunrise saat itu.