8 Okt 2010

Mereka yang Menangis

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.


Sahabatku… tahukah kamu bila Allah swt telah berfiman ketika mensifati hamba-hamba-Nya yang beriman yaitu apabila “Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”… Dan bukankah pernah Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan tersentuh oleh api neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali ke tempat asalnya. Dan tidak akan berkumpul debu jihad fi sabilillah dengan asap neraka Jahannam”. Bahkan Daud alaihissalam bermunajat kepada Rab-nya; “ya Tuhanku, apakah balasan bagi orang yang menangis karena takut kepada-Mu hingga air matanya mengalir membasahi kedua pipinya”. Lantas apa jawabannya..? Jawabannya adalah: “Balasan baginya adalah akan Aku haramkan wajahnya dari jilatan api neraka, dan akan Aku amankan dia pada hari kiamat”.

Oleh karena itu sahabatku… jika kita renungkan bersama… ternyata tangisan adalah buah syar’i dari sebuah peribadatan. Dan menangis karena takut kepada Allah adalah kunci bagi rahmat-Nya. Dan aku berbicara seperti ini bukan berarti kita tidak boleh menangis… tidak dan seribu kali aku katakan tidak… tetapi kita memang harus menangis… hanya saja pertanyaannya adalah pada hal apa kita menangis.??.. apakah kita menangisi musibah-musibah dan penderitaan-penderitaan yang menimpa kita?… di luar sana… ada orang menangisi ayah… menangisi ibu… menangisi sanak saudaranya… atau bahkan menangisi teman, sahabat, dan kekasihnya…juga ada sebagian orang yang menangisi kerugian harta bendanya… dan di luar sana… di luar sana… di tengah hiruk pikuknya anak adam, ada orang yang menangisi panggung-panggung sandiwara dan sinetron-sinetron asmara… jauh… jauh sekali… sahabatku!!! Demi Allah, antara air mata kita dan air mata mereka…sangatlah jauh… bila kita lihat kisah perjalanan orang-orang mulia…

Sahabatku… sungguh telah menangis Ummu Aiman… telah menangis ummu Aiman di saat Abu Bakar dan Umar mengunjunginya setelah kematian Rasulullah saw. Maka mereka berdua bertanya kepadanya; “Apa yang telah membuatmu menangis wahai ibu?… Apa yang telah membuatmu bersedih wahai ummu Aiman ? bukankah engkau tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi Rasul-Nya? Ummu Aiman terdiam sejenak, kemudian beliau berkata lirih; “ Ya.. benar, aku tahu apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-Nya, akan tetapi aku menangis karena terputusnya wahyu dari langit”… Subhanallah seorang Ummu Aiman menangis sedih, takut, dan khawatir akan ummat ini sepeninggal nabinya.

Sahabatku… apa yang aku harus aku katakan tentang mereka dan tentang kisah perjalanan hidup mereka..? diantara mereka ada yang membasahi bumi ini dengan air matanya… diantara mereka ada yang tersungkur wajahnya ketika dibacakan ayat-ayat tentang neraka… bahkan diantara mereka apabila mendengar adzan segera melompat dari ranjangnya…diantara mereka ada yang apabila berwudhu untuk shalat berubah merah wajahnya dan menetes airmatanya… sahabatku… dengarlah.. dan bukalah hati… sebelum engkau membuka telinga ini….

Sahabatku… suatu ketika isteri imam al ‘Auzai menemui suaminya di tempat shalatnya dan dia mendapati sang suami dalam keadaan pakaiannya basah. Melihat isterinya datang menghampiri, maka sang imam pun berkata; “Sungguh kamu lalai terhadap anak-anakmu wahai isteriku, hingga mereka kencing di tempat shalatku. Sang isteripun menjawab; “Celakalah aku duhai suamiku, sungguh ini adalah bekas air matamu di atas tempat shalatmu…

Allah… betapa mahal airmata itu… betapa mahal harganya… dan sungguh sahabatku, hati ini akan semakin hidup dengan mendengar kisah dan perjalanan orang-orang shalih… bahkan merasakan kebahagian dengan menelusuri jejak langkah mereka…

Sahabatku… janganlah-sekali-kali… kau mengatakan bahwa menangis adalah tanda dari jiwa yang lemah… atau kau katakan kalau tangisan tidaklah pantas bagi seorang pemberani dan perkasa. Memang benar… kita tidak pantas menangis dihadapan musuh-musuh kita… dan tidak pantas bagi kita menangis saat mendengar ringkikan kuda perang, dentingan pedang dan anak panah yang berterbangan… karena semua itu adalah sifat sorang pengecut… wahai sahabatku!!!

Namun tangisan yang kumaksudkan adalah.. tangisan ketakutan… kerinduan.. ketundukkan… dan kehinaan… bahkan peribadatan kepada Allah Rab Semesta Alam… dia adalah tangisan penuh kerendahan dan kehinaan di hadapan Rab Yang Maha Kuasa dan Perkasa… dia adalah tangisan penuh ketakutan kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tak pernah mati…

Sahabatku…adalah Rasullah saw, beliau shalat sedangkan dadanya bergejolak bagaikan bejana yang mendidih karena tangisannya… sedang dia adalah penghulunya para pemberani… adalah Abu bakar shiddiq radiallhu’anhu… bila berdiri menjadi imam suaranya tak terdengar karena penuh dengan tangisan… namun orang-orang yang murtad sepeninggal Rasulullah saw hancur lebur melalui tangannya yang perkasa… dan tentu saja sahabatku… adalah Umar bin khattab radiallhu’anhu sang Pemisah… dikenal keras dan juga pemberani… namun dengan hati yang lembut dan mata yang berlinangan dalam shalatnya beliau membaca… “Sesungguhnya aku mengadukan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah”…

Tidakkah ayat-ayat qur’an membuatmu menangis.. wahai sahabatku…? Tidakkah ayat-ayat qur’an membuatmu menangis… sedangkan ia telah memberitahukan kita… tentang jannah dan kenikmatannya… tentang neraka dan kepedihannya… tidakkah ayat-ayat qur’an menjadikan kulit tubuhmu merinding takut kepada Allah… bukankah Allah yang telah berfirman kepada engkau dan aku… wahai sahabatku; “Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”.

Sahabatku… kepadanya Rasulullah saw -lah qur’an ini diturunkan… namun, setiapkali beliau mendengar qur’an dibacakan kepadanya… beliau menangis… beliau menangis tatkala dibacakan kepadanya… “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun”. Beliau menangis… Rasulullah saw menangis… menangis berlinangan air mata dan takut… takut kepada Rab Yang Maha Perkasa…. dan berlinangan air mata karena cinta dan belas kasihan terhadap kita ummatnya…

Ya Allah… tidakkah engkau menangis rindu kepada Allah wahai sahabatku… tidakkah engkau menangis rindu kepada Allah… rumah kita kelak adalah jannah yang menanti di sisi-Nya… tidakkah engkau menangis takut tersungkur ke dalam neraka dan di haramkan dari melihat Sang Raja Diraja…

Sahabat… dengarlah apa yang dikatakan Rab kita; “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka”.

Demi Allah… demi Allah… sahabatku, tidak ada di jannah yang paling indah, lezat dan paling agung selain memandang Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang… dan demi Allah… demi Allah… tidak ada azab yang paling pedih dan keras di dalam neraka selain diharamkannya kita dari memandang Wajah Allah Azza wa Jalla… sungguh sahabatku, hati yang salimah tentunya akan terpuruk pedih dan terenyuh takut ketika ia membaca Kalamullah Ta’ala; “Dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”.

Sahabatku… adakah kegembiraan yang lebih besar selain bertemu sang kekasih… setiap yang mencinta pasti merindukan kekasihnya… sahabatku… benar bila Ka’ab al Akhbar berkata; “Barangsiapa yang menangis takut dari dosa, maka dia akan diampuni… dan barangsiapa yang menangis rindu kepada Allah, maka dia akan dibolehkan untuk memandang-Nya kapan saja dia mau… sahabatku… barangsiapa yang takut akan api neraka, maka Allah akan melindungi darinya… dan barangsiapa yang menangis rindu kepada jannah, maka Allah akan menempatkannya di dalamnya… ya Allah janganlah kau haramkan kami dari fadhilah-Mu…

Sahabatku…tidakkah kau ingat pesan al musthafa ? “Jangan kalian lupakan al ‘adzimataini!!.. Apakah al ‘adzimatani itu wahai Rasulullah saw? … dia adalah jannah dan neraka… demi jiwa Muhammad yang ada dalam genggaman-Nya, seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui tentang akhirat… niscaya kalian akan berjalan mendaki bukit pasir dan akan menutupi kepala kalian dengan debu… beliau pun menangis hingga airmata mengalir di sela-sela janggutnya yang mulia…

Menagislah… akan dosa-dosamu wahai sahabatku… sebelum menangis itu tidak lagi bermanfaat bagimu… tahukah..kamu? bila menangis adalah termasuk dari kunci-kunci taubat… tidakkah kau lihat hati menjadi lembut disaat menangis hingga tumbuh penyesalan… dua mata yang tidak akan pernah tersentuh oleh apai neraka… mata yang senantiasa menangis takut kepada Allah… dan mata yang berjaga-jaga fi sabilillah…

Sahabatku… Di antara pendahulu umat mulia ini ada yang menangis selama 20 tahun karena rindu kepada Rasulullah saw… Ya, menangis selama 20 tahun karena rindu kepada beliau hingga akhirnya bermimpi melihat beliau dalam tidurnya… Sedangkan engkau dan saya, apakah benar kita pernah menangis karena musibah kematian dan kehilangan beliau?… Padahal, Ia adalah musibah yang membuat mata bercucuran dan akal kebingungan. Apakah engkau pernah berangan-angan dan rindu untuk melihat beliau, wahai sahabatku…? Apakah jiwamu sungguh-sungguh berharap dapat mampir ke telaga beliau dan minum dari tangan beliau?

Sementara mereka…mereka orang-orang yang mencintai beliau berkata: “Orang-orang bersenang-senang di dunia, sementara kami, demi Allah, tidak pernah bersenang-senang sepeninggalmu. Dan jika pertemuan di dunia tidak dimungkinkan maka di padang mahsyarlah kami menjumpaimu dan cukuplah itu bagi kami.”

Sahabatku… Renungkanlah peristiwa yang sangat menyentuh hati yaitu kisah orang-orang yang mencintai beliau dengan jujur… Tatkala kaum muslimin usai dari perang Hunain dalam keadaan menang dan meraih ghanimah yang banyak, Rasulullah saw membagi-bagikan ghanimah kepada para muallaf agar keislaman mereka kian teguh… Sementara orang-orang Anshar yang memang telah teguh imannya, Rasulullah saw tidak memberi mereka sedikitpun… Mereka pun bertanya-tanya, kenapa Rasulullah saw tidak membagi mereka dari ghanimah tersebut? Akhirnya mereka saling berbisik satu sama lain. Sa’ad bin Ubadah radhiallahu’anhu mendengar bisikan mereka lalu segera menghadap Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya satu kelompok dari kalangan anshar ini merasa tidak puas terhadapmu karena masalah pembagian ghanimah. Engkau telah membagi kepada kaummu dan memberi kepada kabilah-kabilah arab lain pemberian yang banyak. Sementara engkau tidak memberi sedikitpun untuk kalangan anshar.” Maka Rasulullah saw pun bertanya, “Sedangkan engkau sendiri bagaimana wahai Sa’ad?” Ia menjawab dengan terus terang, “Aku tidak lain adalah salah seorang dari kaumku.”

Kemudian Rasulullah saw berkata kepadanya, “Kalau begitu kumpulkanlah seluruh kaummu!” Setelah mereka berkumpul, Rasulullah saw mendatangi mereka seraya memandang kepada wajah-wajah mereka. Beliau tersenyum pada wajah-wajah mereka dengan senyuman yang berseri-seri. Senyuman yang mengandung pengakuan terhadap jasa-jasa mereka. Kemudian bersabda, “Wahai kaum anshar, telah sampai kepadaku perkataan kalian. Kalian merasa tidak puas dan kecewa terhadapku. Tetapi, bukankah aku datang kepada kalian sementara kalian dalam keadaan tersesat lalu Allah memberi hidayah kepada kalian lewatku? Kalian dalam keadaan miskin lalu Allah membuat kalian kaya denganku? Kalian dalam keadaan saling bermusuhan lalu Allah menyatukan hati-hati kalian denganku?!”

Mereka menjawab, “Benar. Allah dan Rasul-Nya lebih berjasa dan memberi karunia.” Maka Rasulullah saw bersabda, “Kenapa kalian tidak menjawab pertanyaanku wahai kaum anshar?” Mereka berkata, “Dengan apa kami harus menjawab wahai Rasulullah? Bagi Allah dan Rasul-Nya karunia dan keutamaan.” Maka beliau berkata, “Demi Allah kalau kalian menghendaki kalian bisa berkata dan tentu kalian benar serta dipercaya: Bukankah engkau (wahai Nabi) datang kepada kami dalam keadaan didustakan lalu kami membenarkanmu? dalam keadaan ditelantarkan lalu kami menolongmu? Dalam keadaan miskin lalu kami membantumu? Dalam keadaaan terusir lalu kami melindungimu?…..Wahai kaum anshar, apakah kalian merasa kecewa karena sekelumit dari dunia yang dengannya aku hendak menjinakkan hati suatu kaum agar mereka teguh dalam Islam, sementara aku percayakan kalian terhadap keislaman kalian? Apakah kalian tidak ridha wahai kaum anshar ketika manusia pulang dengan membawa kambing dan onta sementara kalian pulang dengan membawa Rasulullah?! Apakah kalian tidak ridha wahai kaum anshar ketika manusia pulang dengan membawa kambing dan onta sementara kalian pulang dengan membawa Rasulullah?! Demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah tentulah aku salah seorang dari kaum anshar. Seandainya orang-orang menempuh satu lereng kemudian kaum anshar menempuh lereng yang lain, tentulah aku akan menempuh lereng kaum anshar. Ya Allah rahmatilah kaum anshar…. Ya Allah rahmatilah kaum anshar…. Ya Allah rahmatilah anak-anak kaum anshar…. Ya Allah rahmatilah cucu-cucu kaum anshar….”

Sahabatku… Mendengar itu semua… kaum anshar pun menangis hingga membasahi janggut-janggut mereka. Air mata mereka bercampur dengan air mata kekasih mereka. Mereka pun berseru disertai Sa’ad bersama mereka, “Kami ridha dengan Rasulullah sebagai bagian dan jatah kami.”

Subhanallah, alangkah mempesonanya pemandangan tersebut. Alangkah mengagumkannya ketika orang-orang yang jujur itu mengungkapkan mahabbah mereka dengan cucuran air mata.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.”

Sahabatku… demi Allah Aku bertanya kepadamu, apakah engkau pernah merasa rindu untuk melihat beliau? Apakah engkau pernah menangis karena sedih ditinggal beliau? Jika engkau seorang pecinta yang jujur, maka sunnah beliau ada di hadapanmu. Inilah jalan hidup beliau (Islam). Laksanakanlah dengan sungguh-sungguh dan jangan engkau remehkan. Jangan engkau kira bahwa sekedar linangan air mata cukup sebagai bukti mahabbah. Bukankah ada air mata-air mata yang dusta seperti halnya saudara-saudara Yusuf telah datang kepada ayah mereka di waktu Isya’ dalam keadaan menangis setelah mereka berbuat kejam terhadap Yusuf dan menuduh serigala sebagai pembunuhnya padahal serigala itu bebas dari tuduhan tersebut.

Sahabatku…, aku tahu bahwa engkau pada hari ini atau hari-hari yang lewat tidak menunaikan shalat subuh berjama’ah di mesjid. Akan tetapi, ketika engkau terbangun dan shalat jama’ah telah usai, apakah engkau menangis serta menyesal? Apakah engkau bertekad untuk merubah cara hidupmu?!

Sesungguhnya perbedaan antara kita dengan orang-orang shaleh sebelum kita adalah air mata mereka itu hangat sementara air mata kita dingin. Air mata yang hangat akan mampu meninggalkan bekas dan merubah jalan hidup. Mereka menangis karena ketinggalan amal-amal shaleh. Sementara air mata yang dingin, bekas hanya sesaat, setelah itu lenyap.

Maha Suci Allah yang telah memuji para pemilik air mata hangat dan menegaskan kejujuran mereka. Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw menyuruh manusia untuk berangkat berperang bersamanya. Kemudian datanglah sekumpulan shahabat yang mereka itu kurang mampu. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah angkutlah kami bersamamu!” Tapi beliau menjawab, “Demi Allah, aku tidak mendapati kendaraan untuk mengangkut kalian.” Mendengar itu mereka berlalu seraya menangis. Berlalu seraya menangis! Terasa berat bagi mereka untuk duduk meninggalkan jihad. Mereka tidak memiliki dana dan kendaraan. Ketika Allah swt melihat keseriusan mereka dalam mahabbahnya terhadap Allah dan Rasul-Nya, Dia-pun menurunkan pemberian maaf untuk mereka dan menjelaskan kejujuran mereka. Maka Allah swt berfirman:

“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk mengalahkan orang-orang yang berbuat baik, Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata:”Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta ijin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang yang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).”

Mereka menangis karena tidak mampu ikut berjihad dan mencari syahadah (kematian sebagai syahid). Sementara saya dan engkau, apakah yang membuat kita menangis? Apakah engkau pernah menangis karena penderitaan kaum muslimin di Filipina, Thailan, India, Cina, Palestina???

Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda bahwa kita ini bagaikan tubuh yang satu, jika salah satu anggota tubuh tersebut sakit niscaya sekujur tubuh tidak bisa tidur dan demam?! Tidakkah membuatmu menangis suara para janda dan orang-orang tua serta anak-anak yatim?! Tidakkah engkau mendengar seruan dan teriakan Fathimah, seorang perempuan Irak yang dinodai kehormatannya oleh para penyembah salib?! Maka siapakah yang merespon seruannya?! Yang mendengar teriakannya?! Siapakah yang merespon seruan Fathimah, seorang perempuan Palestina dan Fathimah seorang perempuan Chechnya serta Fathimah seorang perempuan Afghan?! Siapakah yang merespon seruan perempuan-perempuan muslimah?!

Demi Allah seandainya engkau merasakan apa yang berjalan di sekitarmu maka engkau tidak akan susah-susah untuk menangis. Karena hati-hati umat Islam yang dizhalimi telah dipenuhi oleh berbagai beban kesusahan dan kezhaliman para penjajah serta kemunafikan para musuh dalam selimut. Ketika engkau merasa bahwa engkau tidak berbuat sesuatu atau tidak mampu untuk berbuat sesuatu maka engkau pasti merasa wajib untuk menangis. Tidak ada yang bisa meringankan membaranya hati selain air mata dan doa. Air mata dzikir, air mata syukur, air mata khasyyah (takut terhadap Allah), air mata al-wala wal bara’ (loyalitas dan benci karena Allah), air mata keterikatan dengan agama yang agung ini.

Demi Allah hati-hati kami tidak akan pernah merasa gembira kecuali apabila al-Aqsha kami telah dibebaskan dan tawanan-tawanan kami telah dilepaskan serta anjing-anjing kotor telah dienyahkan dari Irak kami dan segenap tanah air kaum muslimin dalam keadaan hina dan rendah…!

Ya Allah, tolonglah agama dan kitab-Mu, sunnah nabi-Mu dan hamba-hamba-Mu yang bertauhid. Ya Allah, tolonglah siapa yang menolong ad-Din, kalahkanlah siapa yang menelantarkan hamba-hamba-Mu yang bertauhid. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kecintaan terhadap-Mu, terhadap orang-orang yang mencintai-Mu, dan terhadap amal-amal yang mengantarkan kami kepada cinta-Mu. Ya Allah, buatlah kami mencintai iman, dan hiasilah ia dalam hati-hati kami. Ya Allah, jadikanlah loyalitas kami terhadap orang-orang yang takut dan bertaqwa kepada-Mu, ya Rabbal ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TiNgGalKaN JEJAKmu dIsiNi soBaT ...

Kajian.Net
Koleksi Ceramah Islam MP3