17 Des 2010

Kenapa Harus Wanita Shalihah?

dakwatuna.com – Bismillah..

Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?

Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..

Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..

Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka?

Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…

Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..

Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka?

Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?

Aku menjawab..

Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.

Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..
Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..

Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..

Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka?

Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?

Aku menjawab..

Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.

Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?

Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.

Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?

Pada akhirnya, akupun menjawab…

Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..

Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…

Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.

Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…

Seberat itukah?

Ya… Takkan mudah.. sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…

4 Des 2010

Ujian Penjara Dunia

“Dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan sebagai surga bagi orang kafir.”
(HR. Muslim)

Dunia adalah penjara.. benarkah? Mari kita cermati. Gunakan cara pandang berbeda. Koleksi kreasi bangun percaya diri. Seperti kisah di bawah ini.

Laki-laki itu seorang ulama di zamannya. Pengarang kitab yang amat terkenal, Fathul Bari, Syarah Shahih Bukhari. Siapa dia? Imam Ibnu Hajar al-Asqalani.

Suatu hari sebagai qadhi, ia berkendara dengan keledai yang bagus. Pakaiannya bagus. Performanya meyakinkan. Saat melintas di sebuah pasar, tiba-tiba seorang Yahudi pedagang minyak menghadang. Memegang tali kekang keledai sang Imam, seraya berkata, “Ya Syaikhul Islam, Anda menyatakan bahwa Nabimu bersabda, ‘Dunia itu penjara bagi orang-orang beriman, dan surganya orang kafir.’ Dengan penampilan Anda yang seperti ini, Anda dipenjara seperti apa? Dan dengan keadaan saya yang begini ini, saya berada surga seperti apa?”
Ibnu Hajar menjawab, dengan kondisi seperti ini, saya dibanding dengan kenikmatan yang Allah janjikan di akhirat, seolah dalam penjara. Engkau dengan kondisimu seperti itu, dibandingkan dengan siksa dan hukuman yang Allah ancamkan di akhirat nanti sekarang berada di dalam surga.

Luar biasa! Mendengar jawaban tersebut , Yahudi spontan menyatakan masuk Islam. Sehebat apapun orang mukmin di dunia, ia masih berada dalam ‘penjara keterbatasan’. Segembel apapun orang kafir, mereka masih di surga, sebab masih ada neraka menyala menanti mereka.

Berpikirlah merdeka. Jadikan pesona dunia sebagai inspirasi surga, seperti Imam Ibnu Hajar. Merdeka, jangan penjarakan dirimu dalam jeruji maksiat.

Wahai pengembara di penjara dunia, jadilah orang asing, pelancong. Nikmati wisata dunia sekedarnya. Kita pasti kembali.

“Jadilah engkau di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang dalam perjalanan.” Ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di waktu sore, maka jangalah mengharapkan akan hidup di waktu pagi. Dan jika kamu pada waktu pagi, maka janganlah menantikan waktu sore. Pergunakalah masa sehat itu untuk bekal masa sakit, dan masa hidup untuk bekal kematian.” (HR. Bukhari)

Waktu di dunia ini adalah sama dengan waktu di sekolah. Ia sama dengan kampus kehidupan, ‘University of life’. Afghanistan, Irak, Palestina, Chechnya adalah universitas jihad. Para alumninya kini berbahagia di surga, insyallah. Pasar adalah kampus kejujuran. Kantor sebagai kampus pelayanan. Jalanan kampus pengendalian diri.

Pemukiman kumuh kampus kepedulian. Di mana masing-masing tempat memiliki ujian-ujian, maka pekalah dengan waktu yang disediakan. Manfaatkan untuk investasi abadi, amal shalih.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)

Dan ujian itu bukan mustahil. Ia bisa ditempuh, asal sungguh-sungguh. Bila ujian itu mustahil tentu tidak berguna, tidak bisa untuk membedakan antara prestasi dan frustasi. Padahal Allah berfirman,

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. al-Baqarah: 286)

Menurut Sayyid Quthub, ujian adalah tanggung jawab pribadi yang mesti diemban. Ujian adalah pembangkit himmah atau hasrat dan semangat untuk membentuk manusia menjadi pribadi utuh dan positif. Manusia adalah manusia, bukan malaikat, bukan pula hewan atau setan. Manusia adalah makhluk mulia, karena Allah memuliakan dan menyempurnakan ciptaanNya. Ia lebih mulia daripada malaikat, sebab diberi akal untuk bersyukur dengan menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hatinya. Namun ia bisa jatuh terhina seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi, bisa menjadi setan durjana terlaknat karena akal pikirannya tak bermanfaat.

Bagi orang mukmin, telah dijadikan mudah penjara dunia ini untuk dilewatinya. Mereka yakin, mereka mengembalikan ujian-ujian yang dihadapi kepada yang memberikannya. Dan kelak hanya kepadaNyalah mereka dikembalikan. Mereka yakin akan kembali kepada Allah .

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kalian, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepadaNyalah kalian (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. al-Mulk: 15)  wallahu a’lam

Sumber: The Way to Win (Solikhin Abu Izzuddin)

18 Nov 2010

Rahasia di Balik Musibah

dakwatuna.com –

Tidaklah Allah swt. menciptakan peristiwa, atau kejadian sesuatu yang sia-sia. Manusia dianjurkan untuk merenung dan mengambil pelajaran dari berbagai macam peristiwa yang terjadi. Islam sangat mendorong umatnya untuk menggunakan potensi yang Allah swt. berikan kepadanya; penglihatan, pendengaran, hati, panca indra yang lain agar difungsikan untuk merenung hikmah dibalik peristiwa.

قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (11)

11. Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” QS. Al-An’am:11

Ayat yang senada seperti di atas sangatlah banyak dalam Al-Qur’an. Dengan redaksi yang beragam, tapi kesimpulannya adalah satu, menggunakan pemberian Allah untuk merenung dan mengambil pelajaran yang sangat berharga dari berbagai peristiwa bencana yang terjadi silih berganti ini. Ada beberapa rahasia dibalik musibah dan bencana yang selama ini terjadi bahwa:

Pertama, Allah Penentu Kehidupan, Dzat yang Maha Perkasa.

Bahwa dibalik kehidupan ini ada yang punya, ada yang mengatur. Dialah Allah Rabbul Izzah, Tuhan yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan. Di Genggaman-Nya lah semua kehidupan ini dikendalikan. Allah hanya butuh berkata “Kun Fayakun, terjadi! maka terjadilah”. Allah memiliki nama-nama, di antaranya; Al-Khaliq –Pencipta-, Al-Muhaimin –Yang Mengatur-, Al-Muhyi –Yang Menghidupkan-, Al-Mumit –Yang Mematikan-, Adh-Dhaar –Yang Memberi Madharat-, An-Nafi’ –Yang memberi Manfaat-, dst.

Manusia tidak bisa mengatur-atur. Manusia tidak mungkin bilang “hai merapi, berhenti meletus… dst”, sebagaimana yang kita dengar dari pusat ahli vulkanologi dan mitigasi bencana. Allah swt. punya kehendak-Nya sendiri, bahkan Kehendak itu sudah ditulis semenjak zaman azali. Allah swt. berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22)

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Al-Hadid/57:22

Perhatikan potongan akhir ayat akhir di atas “Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”

حدثنا عاصم ، قال : سمعت الحسن ، يقول في مرضه الذي مات فيه : « إن الله عز وجل قدر أجلا ، وقدر مصيبة ، وقدر معافاة ، وقدر طاعة ، وقدر معصية ، فمن كذب بالقدر فقد كذب بالقرآن ، ومن كذب بالقرآن ، فقد كذب بالحق »

Al-Hasan ketika menjelang mautnya berkata: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mentaqdirkan ajal, dan mentaqdirkan musibah, mentaqdirkan kesehatan, mentaqdirkan ketaatan, mentaqdirkan kemaksiatan. Maka barangsiapa yang mengingkari taqdir, ia berarti mengingkari Al-Qur’an. Barangsiapa mengingkari Al-Qur’an, sungguh ia berarti mengingkari kebenaran.”

Kedua, Musibah Akibat Perbuatan Manusia

Musibah yang menimpa umat manusia adalah karena perbuatan mereka sendiri yang melanggar peraturan Allah, merusak ekosistem kehidupan, banyak melakukan kemaksiatan dan dosa, tidak menjalankan perintah dan syariat-Nya.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (31)

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah. ” Syuro/42:30-31

Bukan karena ada unsur mistik, karena ini, karena itu, seperti karena bulan tertentu, karena hari tertentu dll. yang justeru merusak aqidah umat. Bencana karena ulah manusia, dan itu atas kuasa Allah swt.

Ketiga, Pahala Tergantung Besarnya Musibah

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ أَعْظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاءِ ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاهُمْ ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Allah mengujinya. Maka barangsiapa ridha dengan ujian Allah, baginya ridha –dari Allah-, sebaliknya, siapa yang murka, maka baginya murka –dari Allah-.” HR. At-Tirmidzi

Karena itu, tidak perlu putus asa, jangan sampai menggadaikan aqidah dengan

Keempat, Musibah Dalam Rangka Tamhis (Seleksi)

Kehidupan ini bukan statis, tapi berputar. Ada yang baik ada yang buruk, ada yang berhasil ada yang juga gagal. Itu semua adalah dalam rangka untuk menseleksi secara alamiah kualitas manusia, dan sebagai batu ujian; apakah ia lulus dengan predikat baik, lulus dengan catatan, atau malah gagal dalam menjalani usjian tersebut.

وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ (11)

“Dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik.Al-Ankabut/29:11

Ketika menjelaskan ayat ini, Mujahid berkomentar: “Manusia itu ada yang iman hanya di lisannya saja, maka ketika dia mendapatkan ujian, berupa kehilangan harta atau jiwa, sebagian manusia dilanda fitnah –goncang yang hebat-“ (Tafsir Al-Baghawi, Juz 6, Bab 11, Hal. 235)

Kelima, Istirja’ atau Mengembalikan Semua kepada Allah

Pertam kali menghadapi musibah, hendaknya iman yang berbicara, bukan hawa nafsu yang protes. Karena seseorang ditentukan oleh sikap pertama kalinya terhadap kejadian. Rasulullah saw. mengingatkan “Sesungguhnya sabar itu ketika merespon kejadian pertam kali.” Selanjutnya berdoa kepada Allah swt. agar diberikan pahala atas musibah itu dan memperoleh ganti yang jauh lebih baik.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أصاب أحدكم مصيبة فليقل إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم عندك احتسب مصيبتي فأجرني عليها وأبدلني بها خيرا منها

Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah satu di antara kalian mendapatkan musibah, maka ucapkanlah; “Sesungguhnya kami milik Allah dan kami kembali kepada-Nya, “Allahumma ‘indaka ahtasibu mushibatii, fa ajirnii ‘alaihaa waabdilnii bihaa khairan minhaa. Ya Allah kepada-Mu saya ikhlaskan musibah yang menimpaku, maka berilah pahala kepadaku atas musibah ini, dan berilah saya ganti yang jauh lebih baik darinya.” Imam Muslim

Keenam, Musibah Menghapus Kesalahan dan Mengangkat Derajat

Inilah indahnya kehidupan bagi orang yang beriman. Ujian, bencana dan bala akan menggugurkan dosa-dosa dan sekaligus mengangkat derajatnya. Tidak sia-sia, tegantung ia meresponnya. Dari Aisyah ra. ia mendengar Rasulullah saw. bersabda:

عن عائشة قالت سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول « مَا مِنْ مُؤْمِنٍ تَشُوكُهُ شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً وَرَفَعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةً » رواه مسلم

“Tiada seorang mukmin yang tertusuk suatu duri atau bahkan yang jauh lebih sakit, kecuali Allah pasti akan menghapus kesalahan dan mengangkat derajat.” Imam Muslim

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « عجبًا لأمرِ الْمُؤْمِن ، إِنَّ أمرهُ كُلَّهُ خيرٌ ، ولَيْسَ ذلِكَ لأحَد إلاَّ للمُؤْمنِ ، إن أصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَر ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وإنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ ، فكَانَ خَيرًا لَهُ »

Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur. Jika sedangkan memperoleh keburukan, ia bersabar, kedua-duanya baik baginya, itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin.” Sahih Ibnu Hibban

Ketujuh, Musibah sebagai Peringatan

Kejadian bencana bisa dimaknai 3 hal; Pertama sebagai siksa, jika itu menimpa orang-orang yang tidak beriman. Kedua sebagai peringatan, jika menimpa orang-orang yang beriman tapi melakukan banyak dosa. Dan ketiga, sebagai sarana mengangkat derajat, yaitu bagi orang yang beriman, hamba-hamba Allah swt.

Allah swt. berfirman:

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآَيَاتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ (46) öقُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ (47) وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آَمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (48)ÇÍÑÈ وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (49)

46. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang Kuasa mengembalikannya kepadamu?” perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).

47. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong, atau terang-terangan, Maka Adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang yang zalim?”

48. dan tidaklah Kami mengutus Para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan Mengadakan perbaikan, Maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.

49. dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” QS. Al-An’am: 46-49

Ketujuh, Musibah Menyempurnakan Iman

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ مُسْتَكْمِلِ الإِيمَانِ مَنْ لَمْ يَعُدَّ الْبَلاءَ نِعْمَةً، وَالرَّخاءَ مُصِيبَةً، قَالُوا: كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:لأَنَّ الْبَلاءَ لا يَتْبَعُهُ إِلا الرَّخَاءُ، وَكَذَلِكَ الرَّخَاءُ لا تَتْبَعُهُ إِلا الْمُصِيبَة وليس بمؤمن مستكمل الإيمان من لم يسكن في صلاته” قالوا: ولم يا رسول الله؟ قال: “لأن المصلي يناجي ربه فإذا كان في غير صلاة إنما يناجي ابن آدم”.

رواه الطبراني.

Rasulullah saw. bersabda: “Tiada dianggap mukmin yang sempurna imannya orang yang tidak menganggap suatu bala’ sebagai sebuah kenikmatan, dan suatu kemudahan sebagai musibah. Para sahabat bertanya: Bagaimana itu ya Rasulullah? Rasul menjawab; “Karena tiak menyertai balak itu kecuali adanya kemudahan. Demikian juga dengan kemudian itu akan disertai dengan musibah.” Ath-Tabrani.

Allah swt. berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)

5.Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” QS. Al-Insyirah:5-8.

Dibalik bencana ada hikmah, ada pelajaran, ada kebaikan. Mari kita renungkan, kita temukan rahasia di balik bencana yang selama ini terjadi. Allahu a’lam

16 Nov 2010

Akhirat 1 Menit 49 Detik

Berbagai bencana alam, kembali menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari 'tsunami' kecil di Wasior, Papua, yang menewaskan lebih dari 150 orang, disusul banjir di Jakarta yang mampu menghentikan denyut jantung aktivitas perekonomian Ibu Kota, lalu gempa dan tsunami di pantai Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat, yang merenggut lebih dari 115 nyawa, hingga awan panas Gunung Merapi yang mencapai suhu 8000C di Yogyakarta, seakan ikut andil untuk 'menyapa' manusia. Fenomena alam ini tak ubahnya secuil bukti kemahakuasaan Allah untuk menggambarkan betapa kecilnya kuasa manusia di dunia.

Lebih dari empat miliar tahun planet bumi diciptakan beserta sumber dayanya, tak lain adalah untuk memfasilitasi hidup manusia. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk nomaden yang berasal dari alam azali, berpindah ke alam rahim, lalu lahir ke alam dunia. Selanjutnya, diantarkan ke alam barzakh dengan tempat pemberhentian di alam akhirat.

Sesungguhnya, batas waktu (time limit) khalifah di bumi ini sangat singkat. Ia laksana seorang pengembara yang mampir untuk sekadar minum. Begitulah Rasullullah SAW menggambarkan kehidupan manusia di dunia.

Setiap bayi yang lahir di alam fana ini tidak punya pilihan untuk hidup, kecuali dengan dua buah kitab, yakni kitab catatan perbuatan baik (sijjin) dan perbuatan buruk (illiyin). Itulah yang akan menyertainya sampai akhirat nanti. Ditambah lagi, dengan amanah Allah yang khusus diberikan kepada manusia, yakni shalat.

Suatu ketika sahabat melihat Ali bin Abi Thalib RA ketika berwudhu. Kulitnya tampak berwarna kuning, dan badannya gemetar ketika shalat. Sahabat lain yang menyaksikannya kemudian bertanya kepada menantu Rasullullah itu. "Wahai Ali, mengapa engkau kelihatan seperti tidak sehat ketika berwudhu dan shalat?" Ali menjawab; "Bagaimana aku tidak gemetar, jika gunung, pohon, dan makhluk lainnya saja, tidak sanggup memegang amanah Allah ini."

Hidup di dunia sangatlah singkat, tak sebanding dengan kehidupan di akhirat. "Para malaikat dan Jibril naik menghadap Allah, dalam sehari setara dengan 50 ribu tahun." (QS Al-Maarij [70]: 4).

Berarti, waktu sehari di akhirat sama dengan 50 ribu tahun di dunia. Bila dikonversikan dengan umur manusia berdasarkan usia Rasullullah SAW (63 tahun), maka kehidupan manusia setara dengan 1 menit 49 detik di akhirat. Suatu waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, berhitunglah! Wallahu a'lam.

15 Nov 2010

Ingatlah Saat Kematian Mu!

Di dunia ini, menurut al-Ghazali, tak ada yang pasti, kecuali kematian. Hanya kematian yang pasti, lainnya tak ada yang pasti. Namun, manusia tak pernah siap menghadapi maut dan cenderung lari darinya. "Sesungguhnya, kematian yang kamu lari daripadanya, sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu." (QS Al-Jumu'ah [62]: 8).

Bagi al-Ghazali, kematian tidak bermakna tiadanya hidup (nafi al-hayah), tetapi perubahan keadaan (taghayyur hal). Dengan kematian, hidup bukan tidak ada, melainkan bertransformasi dalam bentuknya yang lebih sempurna. Diakui, banyak orang semasa hidup mereka tertidur (tak memiliki kesadaran), tetapi justru setelah kematian, meraka bangun (hidup). "Al-Nas niyam, fa idza matu intabihu," demikian kata Imam Ali.

Dalam Alquran, ada beberapa istilah yang dipergunakan Allah SWT untuk mengartikan kematian. Pertama, kata al-maut (kematian) itu sendiri. Kata ini dalam bentuk kata benda diulang sebanyak 35 kali. Al-maut menunjuk pada terlepasnya (berpisah) ruh dari jasad manusia. Kepergian ruh membuat badan tak berdaya dan kemudian hancur-lebur menjadi tanah.

Allah SWT berfirman, "Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu, dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain." (QS Thaha [20]: 55).

Kedua, kata al-wafah (wafat). Kata ini dalam bentuk fi`il diulang sebanyak 19 kali. Al-Wafah memiliki beberapa makna, antara lain sempurna atau membayar secara tunai. Jadi, orang mati dinamakan wafat karena ia sesungguhnya sudah sempurna dalam menjalani hidup di dunia ini. Oleh sebab itu, kita tak perlu berkata, sekiranya tak ada bencana alam si fulan tidak akan mati.

Ketiga, kata al-ajal. Kata ini dalam Alquran diulang sebanyak 21 kali. Kata ajal sering disamakan secara salah kaprah dengan umur. Sesungguhnya, ajal berbeda dengan umur. Umur adalah usia yang kita lalui, sedangkan ajal adalah batas akhir dari usia (perjalanan hidup manusia) di dunia. Usia bertambah setiap hari; ajal tidak. (QS Al-A'raf [7]: 34).

Keempat, kata al-ruju' (raji'). Kata ini dalam bentuk subjek diulang sebanyak empat kali, dan mengandung makna kembali atau pulang. Kematian berarti perjalanan pulang atau kembali kepada asal, yaitu Allah SWT. Karena itu, kalau ada berita kematian, kita baiknya membaca istirja', Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji'un (QS Al-Baqarah [2]: 156).

Sesungguhnya, kematian itu sama dengan mudik, yaitu perjalanan pulang ke kampung kita yang sebenarnya, yaitu negeri akhirat. Mudik itu menyenangkan. Dengan satu syarat, yakni membawa bekal yang cukup, berupa iman dan amal saleh. "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya (dalam perkenan dan rida-Nya), hendaklah ia mengerjakan amal saleh." (QS Al-Kahfi [18]: 110). Wallahu a'lam.

Air Mata yang Menuntun ke Surga

Dua ilmuwan pernah melakukan penelitian disertasi tentang air mata. Kedua peneliti tersebut berasal dari Jerman dan Amerika Serikat. Hasil penelitian kedua peneliti itu menyimpulkan bahwa air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe berbeda dengan air mata yang mengalir karena kecewa dan sedih.

Air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe ternyata tidak mengandung zat yang berbahaya. Sedangkan, air mata yang mengalir karena rasa kecewa atau sedih disimpulkan mengandung toksin, atau racun. Kedua peneliti itu pun merekomendasikan agar orang-orang yang mengalami rasa kecewa dan sedih lebih baik menumpahkan air matanya. Sebab, jika air mata kesedihan atau kekecewaan itu tidak dikeluarkan, akan berdampak buruk bagi kesehatan lambung.

Menangis itu indah, sehat, dan simbol kejujuran. Pada saat yang tepat, menangislah sepuas-puasnya dan nikmatilah karena tidak selamanya orang bisa menangis. Orang-orang yang suka menangis sering kali dilabeli sebagai orang cengeng. Cengeng terhadap Sang Khalik adalah positif dan cengeng terhadap makhluk adalah negatif.

Orang-orang yang gampang berderai air matanya ketika terharu mengingat dan merindukan Tuhannya, air mata itu akan melicinkannya menembus surga. Air mata yang tumpah karena menangisi dosa masa masa lalu akan memadamkan api neraka.

Hal ini sesuai dengan hadis Nabi, "Ada mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fisabilillah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah."

Seorang sufi pernah mengatakan, jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan hatinya gersang. Salah satu kebiasaan para sufi ialah menangis. Beberapa sufi mata dan mukanya menjadi cacat karena air mata yang selalu berderai.

Tuhan memuji orang menangis. "Dan, mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk." (QS Al-Isra' [17]:109). Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan, "Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu dan tangisilah dosa-dosamu."

Ciri-ciri orang yang beruntung ialah ketika mereka hadir di bumi langsung menangis, sementara orang-orang di sekitarnya tertawa dengan penuh kegembiraan. Jika meninggal dunia ia tersenyum, sementara orang-orang di sekitarnya menangis karena sedih ditinggalkan.

Tampaknya, kita perlu membayangkan ketika nanti meninggal dunia, apakah akan lebih banyak orang mengiringi kepergian kita dengan tangis kesedihan atau dengan tawa kegembiraan.

Jika air mata kerinduan terhadap Tuhan tidak pernah lagi terurai, apalagi jika air mata selalu kering di atas tumpukan dosa dan maksiat, kita perlu segera melakukan introspeksi. Apakah mata kita sudah mulai bersahabat dengan surga atau neraka.

22 Okt 2010

Jadikanlah Al-Qur’an Sebagai Sahabat

Salah satu karunia Allah Ta’ala terbesar yang dilimpahkan kepada kita adalah Kalam-Nya yang mulia Al-Qur’an. Terkandung di dalamnya petunjuk menuju jalan yang lurus dan benar. Dengannya Allah memandu hamba-hamba-Nya kepada jalan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Seorang nashrani pun ketika mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Qur’an dengan hati yang jernih maka hidayah Allah pun masuk kedalam relung hatinya tanpa bisa dibendung.

Tak hanya berhenti disitu, ia pun mencucurkan air mata demi mendengarkan kalam Ilahi yang mulia ini. Raja Najasyi adalah contoh yang indah untuk membenarkan klaim tersebut. Ketika beliau mendengarkan Al Qur’an yang dibacakan oleh Ja’far bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu.

Tidak hanya manusia, jin pun terkesima tatkala mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an yang dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka terdiam mendengarkan dengan penuh perhatian. Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai membacakannya, spontan mereka langsung beriman dan menyeru kaumnya untuk beriman. Allah Ta’ala berfirman;

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadap-kan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peri-ngatan. Mereka berkata: “Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan sesudah Musa, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Ahqaaf:30).

Al-Qur’an adalah nikmat Allah yang sangat besar. Kitab yang sarat dengan keberkahan. Akan tetapi nikmat dan barokah itu tidak akan dapat kita rasakan kecuali jika kita mau membaca, mempelajari dan merenungkannya.

Sungguh merupakan suatu kerugian yang sangat besar, jika hari demi hari kita lewatkan begitu saja tanpa dihiasi oleh bacaan Al-Qur’an. Bagaimana mungkin seorang muslim tidak tertarik untuk membacanya, padahal di dalamnya terdapat berbagai informasi yang sangat ia butuhkan. Informasi dan petunjuk penting yang tak akan bisa didapat pada selain Al Qur’an.

Ketika kita hidup di zaman yang penuh fitnah seperti sekarang ini, maka kebutuhan terhadap Al-Qur’an menjadi lebih besar lagi. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata; “Sesungguhnya nanti akan terjadi berbagai fitnah (cobaan)”. Maka ditanyakan kepadanya: “Lalu apakah jalan keluarnya?”. Beliau menjawab; “Kitabullah (Al-Qur’an), di dalamnya terdapat berita (riwayat) orang-orang sebelum kalian, khabar-khabar (peristiwa) yang terjadi setelah kalian dan hukum-hukum (yang mengatur) urusan kalian. Ia adalah pemisah antara yang hak dan yang bathil. Sekali-kali ia bukanlah senda gurau, siapa saja orang sombong yang meninggalkannya pasti akan dibinasakan oleh Allah. Siapa yang mencari petunjuk selain padanya, maka ia akan disesatkan oleh Allah. Ia adalah tali Allah yang kokoh, peringatan yang bijak dan ia adalah jalan yang lurus. Dengannya hawa nafsu tidak akan menyimpang.

Dengannya lisan tidak akan rancu (keliru). Keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis. Para ulama tidak akan pernah kenyang darinya. Barang siapa yang bicara dengan berhujjah dengannya maka ia akan benar. Barang siapa yang mengamalkannya maka ia akan memperoleh pahala. Barang siapa yang berhukum dengannya maka ia akan adil. Barang siapa yang menyeru kepadanya maka ia akan terbimbing ke jalan yang lurus”.

Al-Qur’an bagaikan air yang menyirami tanaman iman. Iman yang selalu dirawat dan disirami dengan bacaan Al-Qur’an, niscaya akan tumbuh subur.

Namun sebaliknya, hati yang jauh dari bacaan Al-Qur’an, niscaya akan gersang. Tanaman iman menjadi layu. Tidak ada musibah yang lebih besar daripada hati yang beku dan iman yang layu. Sungguh itu merupakan musibah besar bagi agama seorang hamba Allah. Rasulullah senantiasa berdo’a,

“Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami menimpa pada agama kami” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim).

Sudahkan kita menjadikan membaca al Qur’an sebagai sebuah kebutuhan? Tahukah anda, bahwa al Qur’an adalah sekumpulan surat yang dikirim oleh Tuhan penguasa sekalian alam kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya? Seorang yang gemar membaca Al-Qur’an akan bercahaya haitnya, lapang dadanya, rahmat Allah melimpah kepadanya, dan setiap huruf yang dibacanya akan dibalas dengan sepululuh kali lipat pahala yang baik.

Tidakkkah Rusulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan:

“Bacalah Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi shahabatnya” (HR. Muslim).

Jadikanlah Al-Qur’an sebagai sahabat kita, niscaya syafa’atnya kan kita dapatkan.

http://bacagerimis.wordpress.com/2005/08/01/jadikanlah-al-quran-sebagai-sahabat/

Menundukkan Pandangan

"Allahumma inni audzubika min fitnatin nisaa. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah wanita." Seorang teman mengajarkan doa tersebut kepada saya. Ia memaparkan bahwa doa tersebut merupakan perisai yang ampuh bagi para pria saat melihat wanita yang membuatnya tergoda.

Nafsu senantiasa bergejolak apalagi saat stimulan bermunculan. Perkara menundukkan nafsu itu yang menjadi sebuah kreativitas. Saat manusia melihat apa yang diharamkan Allah SWT, maka boleh jadi ia tergoda oleh bisik rayu setan dan pandangan liar yang haram menjadi pintu masuk maksiat yang lebih besar.

Meski hanya sekilas pandang, namun bila tidak segera ditundukkan maka pandangan akan menyerang pikiran dan membuat jiwa gelisah. Bila tak mampu ditundukkan, maka nafsu akan mendorong diri untuk berlaku maksiat.

Allah SWT mencegah pandangan liar di kalangan Mukminin, baik pria maupun wanita. Dalam surah an-Nuur ayat 30, Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat'."Pada ayat 31 surah yang sama, Allah SWT pun memerintahkan hal yang sama kepada kaum wanita, yakni menahan pandangan dan menjaga kemaluannya.

Bahkan, Rasulullah SAW pun mencegah sahabat secara langsung begitu tak mampu menundukkan pandangan. Alkisah, salah seorang sahabat bernama Al Fadhl bin Abbas sedang berdiri di samping Rasulullah SAW saat berhaji. Lalu datanglah seorang wanita ke arah Nabi Muhammad SAW untuk bertanya tentang suatu hal.

Al Fadhl melempar pandang kepada wanita tersebut, dan wanita itu pun melihat kepadanya. Saat Rasulullah SAW mengetahuinya, maka beliau memalingkan wajah Al Fadhl ke arah lain agar terhindar dari dosa. (Hadis Muttafaq Alaihi, Bulughul Maram hadis 732).

Rupanya kemunculan maksiat tak melihat tempat dan suasana. Dalam kondisi haji dan berdiri di samping Rasulullah SAW sekalipun, pandangan liar berpotensi dosa dapat bermunculan.Marilah saudaraku seiman kita mencoba ikut ambil bagian dalam perintah Allah SWT dan Rasul-Nya ini. Menundukkan pandangan, itulah latihan yang perlu kita lakukan.

Meski Anda belum mengetahui maksud dan manfaat dari menundukkan pandangan seperti yang diperintahkan, namun yakinlah bahwa kebaikan itu akan berpulang pada dirimu. Paling tidak doa kita mendapat ijabah, shalat kita khusyuk, sujud dan tadharru kita akan bermakna.

Sebab Rasulullah SAW bersabda, "Setiap Muslim yang melihat kecantikan seorang wanita pada kali pertama kemudian ia berusaha untuk menundukkan pandangannya, maka pasti Allah akan menggantikan untuknya sebuah ibadah yang dapat ia rasakan kenikmatannya." (HR Ahmad).Bila Anda ingin mendapati kekhusyukan serta kenikmatan beribadah kepada Sang Khalik, maka mulailah melakukannya dari sesuatu yang kecil, yakni menundukkan pandangan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--

8 Okt 2010

Mereka yang Menangis

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.


Sahabatku… tahukah kamu bila Allah swt telah berfiman ketika mensifati hamba-hamba-Nya yang beriman yaitu apabila “Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”… Dan bukankah pernah Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan tersentuh oleh api neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali ke tempat asalnya. Dan tidak akan berkumpul debu jihad fi sabilillah dengan asap neraka Jahannam”. Bahkan Daud alaihissalam bermunajat kepada Rab-nya; “ya Tuhanku, apakah balasan bagi orang yang menangis karena takut kepada-Mu hingga air matanya mengalir membasahi kedua pipinya”. Lantas apa jawabannya..? Jawabannya adalah: “Balasan baginya adalah akan Aku haramkan wajahnya dari jilatan api neraka, dan akan Aku amankan dia pada hari kiamat”.

Oleh karena itu sahabatku… jika kita renungkan bersama… ternyata tangisan adalah buah syar’i dari sebuah peribadatan. Dan menangis karena takut kepada Allah adalah kunci bagi rahmat-Nya. Dan aku berbicara seperti ini bukan berarti kita tidak boleh menangis… tidak dan seribu kali aku katakan tidak… tetapi kita memang harus menangis… hanya saja pertanyaannya adalah pada hal apa kita menangis.??.. apakah kita menangisi musibah-musibah dan penderitaan-penderitaan yang menimpa kita?… di luar sana… ada orang menangisi ayah… menangisi ibu… menangisi sanak saudaranya… atau bahkan menangisi teman, sahabat, dan kekasihnya…juga ada sebagian orang yang menangisi kerugian harta bendanya… dan di luar sana… di luar sana… di tengah hiruk pikuknya anak adam, ada orang yang menangisi panggung-panggung sandiwara dan sinetron-sinetron asmara… jauh… jauh sekali… sahabatku!!! Demi Allah, antara air mata kita dan air mata mereka…sangatlah jauh… bila kita lihat kisah perjalanan orang-orang mulia…

Sahabatku… sungguh telah menangis Ummu Aiman… telah menangis ummu Aiman di saat Abu Bakar dan Umar mengunjunginya setelah kematian Rasulullah saw. Maka mereka berdua bertanya kepadanya; “Apa yang telah membuatmu menangis wahai ibu?… Apa yang telah membuatmu bersedih wahai ummu Aiman ? bukankah engkau tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi Rasul-Nya? Ummu Aiman terdiam sejenak, kemudian beliau berkata lirih; “ Ya.. benar, aku tahu apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-Nya, akan tetapi aku menangis karena terputusnya wahyu dari langit”… Subhanallah seorang Ummu Aiman menangis sedih, takut, dan khawatir akan ummat ini sepeninggal nabinya.

Sahabatku… apa yang aku harus aku katakan tentang mereka dan tentang kisah perjalanan hidup mereka..? diantara mereka ada yang membasahi bumi ini dengan air matanya… diantara mereka ada yang tersungkur wajahnya ketika dibacakan ayat-ayat tentang neraka… bahkan diantara mereka apabila mendengar adzan segera melompat dari ranjangnya…diantara mereka ada yang apabila berwudhu untuk shalat berubah merah wajahnya dan menetes airmatanya… sahabatku… dengarlah.. dan bukalah hati… sebelum engkau membuka telinga ini….

Sahabatku… suatu ketika isteri imam al ‘Auzai menemui suaminya di tempat shalatnya dan dia mendapati sang suami dalam keadaan pakaiannya basah. Melihat isterinya datang menghampiri, maka sang imam pun berkata; “Sungguh kamu lalai terhadap anak-anakmu wahai isteriku, hingga mereka kencing di tempat shalatku. Sang isteripun menjawab; “Celakalah aku duhai suamiku, sungguh ini adalah bekas air matamu di atas tempat shalatmu…

Allah… betapa mahal airmata itu… betapa mahal harganya… dan sungguh sahabatku, hati ini akan semakin hidup dengan mendengar kisah dan perjalanan orang-orang shalih… bahkan merasakan kebahagian dengan menelusuri jejak langkah mereka…

Sahabatku… janganlah-sekali-kali… kau mengatakan bahwa menangis adalah tanda dari jiwa yang lemah… atau kau katakan kalau tangisan tidaklah pantas bagi seorang pemberani dan perkasa. Memang benar… kita tidak pantas menangis dihadapan musuh-musuh kita… dan tidak pantas bagi kita menangis saat mendengar ringkikan kuda perang, dentingan pedang dan anak panah yang berterbangan… karena semua itu adalah sifat sorang pengecut… wahai sahabatku!!!

Namun tangisan yang kumaksudkan adalah.. tangisan ketakutan… kerinduan.. ketundukkan… dan kehinaan… bahkan peribadatan kepada Allah Rab Semesta Alam… dia adalah tangisan penuh kerendahan dan kehinaan di hadapan Rab Yang Maha Kuasa dan Perkasa… dia adalah tangisan penuh ketakutan kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tak pernah mati…

Sahabatku…adalah Rasullah saw, beliau shalat sedangkan dadanya bergejolak bagaikan bejana yang mendidih karena tangisannya… sedang dia adalah penghulunya para pemberani… adalah Abu bakar shiddiq radiallhu’anhu… bila berdiri menjadi imam suaranya tak terdengar karena penuh dengan tangisan… namun orang-orang yang murtad sepeninggal Rasulullah saw hancur lebur melalui tangannya yang perkasa… dan tentu saja sahabatku… adalah Umar bin khattab radiallhu’anhu sang Pemisah… dikenal keras dan juga pemberani… namun dengan hati yang lembut dan mata yang berlinangan dalam shalatnya beliau membaca… “Sesungguhnya aku mengadukan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah”…

Tidakkah ayat-ayat qur’an membuatmu menangis.. wahai sahabatku…? Tidakkah ayat-ayat qur’an membuatmu menangis… sedangkan ia telah memberitahukan kita… tentang jannah dan kenikmatannya… tentang neraka dan kepedihannya… tidakkah ayat-ayat qur’an menjadikan kulit tubuhmu merinding takut kepada Allah… bukankah Allah yang telah berfirman kepada engkau dan aku… wahai sahabatku; “Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”.

Sahabatku… kepadanya Rasulullah saw -lah qur’an ini diturunkan… namun, setiapkali beliau mendengar qur’an dibacakan kepadanya… beliau menangis… beliau menangis tatkala dibacakan kepadanya… “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun”. Beliau menangis… Rasulullah saw menangis… menangis berlinangan air mata dan takut… takut kepada Rab Yang Maha Perkasa…. dan berlinangan air mata karena cinta dan belas kasihan terhadap kita ummatnya…

Ya Allah… tidakkah engkau menangis rindu kepada Allah wahai sahabatku… tidakkah engkau menangis rindu kepada Allah… rumah kita kelak adalah jannah yang menanti di sisi-Nya… tidakkah engkau menangis takut tersungkur ke dalam neraka dan di haramkan dari melihat Sang Raja Diraja…

Sahabat… dengarlah apa yang dikatakan Rab kita; “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka”.

Demi Allah… demi Allah… sahabatku, tidak ada di jannah yang paling indah, lezat dan paling agung selain memandang Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang… dan demi Allah… demi Allah… tidak ada azab yang paling pedih dan keras di dalam neraka selain diharamkannya kita dari memandang Wajah Allah Azza wa Jalla… sungguh sahabatku, hati yang salimah tentunya akan terpuruk pedih dan terenyuh takut ketika ia membaca Kalamullah Ta’ala; “Dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”.

Sahabatku… adakah kegembiraan yang lebih besar selain bertemu sang kekasih… setiap yang mencinta pasti merindukan kekasihnya… sahabatku… benar bila Ka’ab al Akhbar berkata; “Barangsiapa yang menangis takut dari dosa, maka dia akan diampuni… dan barangsiapa yang menangis rindu kepada Allah, maka dia akan dibolehkan untuk memandang-Nya kapan saja dia mau… sahabatku… barangsiapa yang takut akan api neraka, maka Allah akan melindungi darinya… dan barangsiapa yang menangis rindu kepada jannah, maka Allah akan menempatkannya di dalamnya… ya Allah janganlah kau haramkan kami dari fadhilah-Mu…

Sahabatku…tidakkah kau ingat pesan al musthafa ? “Jangan kalian lupakan al ‘adzimataini!!.. Apakah al ‘adzimatani itu wahai Rasulullah saw? … dia adalah jannah dan neraka… demi jiwa Muhammad yang ada dalam genggaman-Nya, seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui tentang akhirat… niscaya kalian akan berjalan mendaki bukit pasir dan akan menutupi kepala kalian dengan debu… beliau pun menangis hingga airmata mengalir di sela-sela janggutnya yang mulia…

Menagislah… akan dosa-dosamu wahai sahabatku… sebelum menangis itu tidak lagi bermanfaat bagimu… tahukah..kamu? bila menangis adalah termasuk dari kunci-kunci taubat… tidakkah kau lihat hati menjadi lembut disaat menangis hingga tumbuh penyesalan… dua mata yang tidak akan pernah tersentuh oleh apai neraka… mata yang senantiasa menangis takut kepada Allah… dan mata yang berjaga-jaga fi sabilillah…

Sahabatku… Di antara pendahulu umat mulia ini ada yang menangis selama 20 tahun karena rindu kepada Rasulullah saw… Ya, menangis selama 20 tahun karena rindu kepada beliau hingga akhirnya bermimpi melihat beliau dalam tidurnya… Sedangkan engkau dan saya, apakah benar kita pernah menangis karena musibah kematian dan kehilangan beliau?… Padahal, Ia adalah musibah yang membuat mata bercucuran dan akal kebingungan. Apakah engkau pernah berangan-angan dan rindu untuk melihat beliau, wahai sahabatku…? Apakah jiwamu sungguh-sungguh berharap dapat mampir ke telaga beliau dan minum dari tangan beliau?

Sementara mereka…mereka orang-orang yang mencintai beliau berkata: “Orang-orang bersenang-senang di dunia, sementara kami, demi Allah, tidak pernah bersenang-senang sepeninggalmu. Dan jika pertemuan di dunia tidak dimungkinkan maka di padang mahsyarlah kami menjumpaimu dan cukuplah itu bagi kami.”

Sahabatku… Renungkanlah peristiwa yang sangat menyentuh hati yaitu kisah orang-orang yang mencintai beliau dengan jujur… Tatkala kaum muslimin usai dari perang Hunain dalam keadaan menang dan meraih ghanimah yang banyak, Rasulullah saw membagi-bagikan ghanimah kepada para muallaf agar keislaman mereka kian teguh… Sementara orang-orang Anshar yang memang telah teguh imannya, Rasulullah saw tidak memberi mereka sedikitpun… Mereka pun bertanya-tanya, kenapa Rasulullah saw tidak membagi mereka dari ghanimah tersebut? Akhirnya mereka saling berbisik satu sama lain. Sa’ad bin Ubadah radhiallahu’anhu mendengar bisikan mereka lalu segera menghadap Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya satu kelompok dari kalangan anshar ini merasa tidak puas terhadapmu karena masalah pembagian ghanimah. Engkau telah membagi kepada kaummu dan memberi kepada kabilah-kabilah arab lain pemberian yang banyak. Sementara engkau tidak memberi sedikitpun untuk kalangan anshar.” Maka Rasulullah saw pun bertanya, “Sedangkan engkau sendiri bagaimana wahai Sa’ad?” Ia menjawab dengan terus terang, “Aku tidak lain adalah salah seorang dari kaumku.”

Kemudian Rasulullah saw berkata kepadanya, “Kalau begitu kumpulkanlah seluruh kaummu!” Setelah mereka berkumpul, Rasulullah saw mendatangi mereka seraya memandang kepada wajah-wajah mereka. Beliau tersenyum pada wajah-wajah mereka dengan senyuman yang berseri-seri. Senyuman yang mengandung pengakuan terhadap jasa-jasa mereka. Kemudian bersabda, “Wahai kaum anshar, telah sampai kepadaku perkataan kalian. Kalian merasa tidak puas dan kecewa terhadapku. Tetapi, bukankah aku datang kepada kalian sementara kalian dalam keadaan tersesat lalu Allah memberi hidayah kepada kalian lewatku? Kalian dalam keadaan miskin lalu Allah membuat kalian kaya denganku? Kalian dalam keadaan saling bermusuhan lalu Allah menyatukan hati-hati kalian denganku?!”

Mereka menjawab, “Benar. Allah dan Rasul-Nya lebih berjasa dan memberi karunia.” Maka Rasulullah saw bersabda, “Kenapa kalian tidak menjawab pertanyaanku wahai kaum anshar?” Mereka berkata, “Dengan apa kami harus menjawab wahai Rasulullah? Bagi Allah dan Rasul-Nya karunia dan keutamaan.” Maka beliau berkata, “Demi Allah kalau kalian menghendaki kalian bisa berkata dan tentu kalian benar serta dipercaya: Bukankah engkau (wahai Nabi) datang kepada kami dalam keadaan didustakan lalu kami membenarkanmu? dalam keadaan ditelantarkan lalu kami menolongmu? Dalam keadaan miskin lalu kami membantumu? Dalam keadaaan terusir lalu kami melindungimu?…..Wahai kaum anshar, apakah kalian merasa kecewa karena sekelumit dari dunia yang dengannya aku hendak menjinakkan hati suatu kaum agar mereka teguh dalam Islam, sementara aku percayakan kalian terhadap keislaman kalian? Apakah kalian tidak ridha wahai kaum anshar ketika manusia pulang dengan membawa kambing dan onta sementara kalian pulang dengan membawa Rasulullah?! Apakah kalian tidak ridha wahai kaum anshar ketika manusia pulang dengan membawa kambing dan onta sementara kalian pulang dengan membawa Rasulullah?! Demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah tentulah aku salah seorang dari kaum anshar. Seandainya orang-orang menempuh satu lereng kemudian kaum anshar menempuh lereng yang lain, tentulah aku akan menempuh lereng kaum anshar. Ya Allah rahmatilah kaum anshar…. Ya Allah rahmatilah kaum anshar…. Ya Allah rahmatilah anak-anak kaum anshar…. Ya Allah rahmatilah cucu-cucu kaum anshar….”

Sahabatku… Mendengar itu semua… kaum anshar pun menangis hingga membasahi janggut-janggut mereka. Air mata mereka bercampur dengan air mata kekasih mereka. Mereka pun berseru disertai Sa’ad bersama mereka, “Kami ridha dengan Rasulullah sebagai bagian dan jatah kami.”

Subhanallah, alangkah mempesonanya pemandangan tersebut. Alangkah mengagumkannya ketika orang-orang yang jujur itu mengungkapkan mahabbah mereka dengan cucuran air mata.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.”

Sahabatku… demi Allah Aku bertanya kepadamu, apakah engkau pernah merasa rindu untuk melihat beliau? Apakah engkau pernah menangis karena sedih ditinggal beliau? Jika engkau seorang pecinta yang jujur, maka sunnah beliau ada di hadapanmu. Inilah jalan hidup beliau (Islam). Laksanakanlah dengan sungguh-sungguh dan jangan engkau remehkan. Jangan engkau kira bahwa sekedar linangan air mata cukup sebagai bukti mahabbah. Bukankah ada air mata-air mata yang dusta seperti halnya saudara-saudara Yusuf telah datang kepada ayah mereka di waktu Isya’ dalam keadaan menangis setelah mereka berbuat kejam terhadap Yusuf dan menuduh serigala sebagai pembunuhnya padahal serigala itu bebas dari tuduhan tersebut.

Sahabatku…, aku tahu bahwa engkau pada hari ini atau hari-hari yang lewat tidak menunaikan shalat subuh berjama’ah di mesjid. Akan tetapi, ketika engkau terbangun dan shalat jama’ah telah usai, apakah engkau menangis serta menyesal? Apakah engkau bertekad untuk merubah cara hidupmu?!

Sesungguhnya perbedaan antara kita dengan orang-orang shaleh sebelum kita adalah air mata mereka itu hangat sementara air mata kita dingin. Air mata yang hangat akan mampu meninggalkan bekas dan merubah jalan hidup. Mereka menangis karena ketinggalan amal-amal shaleh. Sementara air mata yang dingin, bekas hanya sesaat, setelah itu lenyap.

Maha Suci Allah yang telah memuji para pemilik air mata hangat dan menegaskan kejujuran mereka. Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw menyuruh manusia untuk berangkat berperang bersamanya. Kemudian datanglah sekumpulan shahabat yang mereka itu kurang mampu. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah angkutlah kami bersamamu!” Tapi beliau menjawab, “Demi Allah, aku tidak mendapati kendaraan untuk mengangkut kalian.” Mendengar itu mereka berlalu seraya menangis. Berlalu seraya menangis! Terasa berat bagi mereka untuk duduk meninggalkan jihad. Mereka tidak memiliki dana dan kendaraan. Ketika Allah swt melihat keseriusan mereka dalam mahabbahnya terhadap Allah dan Rasul-Nya, Dia-pun menurunkan pemberian maaf untuk mereka dan menjelaskan kejujuran mereka. Maka Allah swt berfirman:

“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk mengalahkan orang-orang yang berbuat baik, Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata:”Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta ijin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang yang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).”

Mereka menangis karena tidak mampu ikut berjihad dan mencari syahadah (kematian sebagai syahid). Sementara saya dan engkau, apakah yang membuat kita menangis? Apakah engkau pernah menangis karena penderitaan kaum muslimin di Filipina, Thailan, India, Cina, Palestina???

Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda bahwa kita ini bagaikan tubuh yang satu, jika salah satu anggota tubuh tersebut sakit niscaya sekujur tubuh tidak bisa tidur dan demam?! Tidakkah membuatmu menangis suara para janda dan orang-orang tua serta anak-anak yatim?! Tidakkah engkau mendengar seruan dan teriakan Fathimah, seorang perempuan Irak yang dinodai kehormatannya oleh para penyembah salib?! Maka siapakah yang merespon seruannya?! Yang mendengar teriakannya?! Siapakah yang merespon seruan Fathimah, seorang perempuan Palestina dan Fathimah seorang perempuan Chechnya serta Fathimah seorang perempuan Afghan?! Siapakah yang merespon seruan perempuan-perempuan muslimah?!

Demi Allah seandainya engkau merasakan apa yang berjalan di sekitarmu maka engkau tidak akan susah-susah untuk menangis. Karena hati-hati umat Islam yang dizhalimi telah dipenuhi oleh berbagai beban kesusahan dan kezhaliman para penjajah serta kemunafikan para musuh dalam selimut. Ketika engkau merasa bahwa engkau tidak berbuat sesuatu atau tidak mampu untuk berbuat sesuatu maka engkau pasti merasa wajib untuk menangis. Tidak ada yang bisa meringankan membaranya hati selain air mata dan doa. Air mata dzikir, air mata syukur, air mata khasyyah (takut terhadap Allah), air mata al-wala wal bara’ (loyalitas dan benci karena Allah), air mata keterikatan dengan agama yang agung ini.

Demi Allah hati-hati kami tidak akan pernah merasa gembira kecuali apabila al-Aqsha kami telah dibebaskan dan tawanan-tawanan kami telah dilepaskan serta anjing-anjing kotor telah dienyahkan dari Irak kami dan segenap tanah air kaum muslimin dalam keadaan hina dan rendah…!

Ya Allah, tolonglah agama dan kitab-Mu, sunnah nabi-Mu dan hamba-hamba-Mu yang bertauhid. Ya Allah, tolonglah siapa yang menolong ad-Din, kalahkanlah siapa yang menelantarkan hamba-hamba-Mu yang bertauhid. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kecintaan terhadap-Mu, terhadap orang-orang yang mencintai-Mu, dan terhadap amal-amal yang mengantarkan kami kepada cinta-Mu. Ya Allah, buatlah kami mencintai iman, dan hiasilah ia dalam hati-hati kami. Ya Allah, jadikanlah loyalitas kami terhadap orang-orang yang takut dan bertaqwa kepada-Mu, ya Rabbal ‘alamin.

7 Okt 2010

Kisah Mati suri Aslina

Bagi saya ini sangat Penting, kisah ini menceritakan pengalaman mati suri, saya copast dari kaskus, yang di ambil dari kick andy, dan dialami oleh Aslina:

Pengalaman mati suri seperti yang dialami Aslina, telah pula dirasakan banyak orang. Seorang peneliti dan meraih gelar doktor filsafat dari Universitas Virginia Dr Raymond A Moody pernah meneliti fenomena ini. Hasilnya orang mati suri rata-rata memiliki pengalaman yang hampir sama. Masuk lorong waktu dan ingin dikembalikan ke dunia.

Catatan ini dilengkapi pula dengan penjelasan instruktur ESQ Legisan Sugimin yang mengutip Al-Quran yang menjelaskan orang yang mati itu ingin dikembalikan ke dunia, serta penelusuran melalui internet tentang Dr Raymond. dan hasil penelitian Raymond tentang mati suri dapat dibaca di buku Life After Life.

Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.

Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada umur tujuh tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi. Menjelang usia SMA ia termakan racun. Tersebab itu ia menderita selama tiga tahun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid). Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC) Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.

”Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan,” jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke Mahkota sekitar pukul 12 malam itu. Ia dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan napasnya sesak.Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan. ”Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut, red). Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir,” ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiaanya.

”Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur,” begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketakwaan sebelum mati datang. ”Saya telah merasakan mati,” ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu.

Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ”Terasa malaikat mencabut (nyawa, red) dari kaki kanan saya,” tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ”Saat di ujung napas, saya berzikir,” ujarnya. ”Sungguh sakitnya, Pak, Bu,” ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan Assalaimualaikum kepada ruh Aslina. ”Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,” ujar Aslina mencerita pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ‘’siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.” Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. ”Tak ada teman kecuali amal,” tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau.

Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis,badan berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang tersebut.

Aslina melanjutkan. ”Bapak, Ibu, ingatlah mati,” sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan ”Ayah”. ”Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,” tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: ”Wahai ayah, janji saya telah sampai.” Mendengar itu ayah saya saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina. ”Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu. ” ruh Aslina pun menjawab. ”Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai”.

Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada. ”Alam barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,” ujarnya bak seorang pendakwah.

Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ”Siapa kamu?” lalu perempuan itu menjawab.”Akulah (amal) kamu.”

Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya.”Siapa manusia ini?” Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.

Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat. Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.

Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia.

Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subnallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.

Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar Ka’bah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik, red).

Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya. ”Saya mau shalat.” Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. ”Saya pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,” ungkap Aslina. Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batangan emas di dalam tepak ”husnul khatimah” itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.”

Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. ”Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah.” Manusia-manusia itu juga memohon. ”Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.”

Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah. Setelah kesaksian Aslina, instruktur Pelatihan ESQ Legisan Sugimin yang telah mendapat lisensi dari Ary Ginanjar (pengarang buku sekaligus penemu metode Pelatihan ESQ) menjelaskan bahwa fenomena mati suri dan apa yang disaksikan oleh orang yang mati suri pernah diteliti ilmuan Barat. Legisan mengemukakan pula, mungkin di antara alumni ESQ yang hadir pada Ahad (24/9) malam itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya, rata-rata orang yang mati suri merasakan dan melihat hal yang hampir sama.

”Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua,” ujarnya. Legisan menjelaskan penelitian oleh Dr Raymond A Moody Jr tentang mati suri. Raymond mengemukakan orang mati suri itu dibawa masuk ke lorong waktu, di sana ia melihat rekaman seluruh apa yang telah ia lakukan selama hidupnya. Dan diakhir pengakuan orang mati suri itu berkata: ”Dan aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya.”

Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan ”aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya,” Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23) ayat 99-100:

Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:”Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).”(99) . Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.(100).

Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat 39: ”Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).”

Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasehat dari Legisan. Intruktur ESQ itu menyarankan agar Aslina senatiasa berdakwah dan menyampaikan kesaksiaannya saat mati suri kepada masyarakat agar mereka bertaubat dan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Setelah acara, banyak di antara alumni yang bersimpati dan ingin membantu pengobatan sakit gondoknya. Para hadirinpun menyempat diri untuk berfoto bersama Aslina.

Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksiaan tersebut.

22 Sep 2010

Menguatkan Komitmen pada Alquran

Menguatkan Komitmen pada Alquran
Alquran

"Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, yaitu Alquran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya." (QS az-Zumar [39]: 23)

Begitulah Allah menjadikan Alquran sebagai rujukan kaum Muslimin dalam meniti hidup. Guna mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu, Alquran juga menjadi obat (penawar) bagi penyakit hati, yang terus mewabah di tengah masyarakat modern. (QS Al-Israa [17]: 72).

Karena itu, setiap Muslim hendaknya menguatkan kembali komitmen kepada Alquran. Mengimani, membenarkan, mencintai, menghormati, dan mengagungkannya. Setiap saat, seorang Muslim hendaknya terus berkomitmen mengamalkan Alquran. Untuk itu, diperlukan langkah padu dan konsisten agar komitmen ini terus terjaga. Sedikitnya ada lima langkah yang perlu dilakukan.

Pertama, meyakini dengan sepenuh hati bahwa Alquran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Kita wajib mengimani semua ayat yang dibaca. Baik yang berupa hukum-hukum maupun kisah-kisah. Baik yang menurut kita terasa masuk akal maupun yang belum dapat dipahami. Yang nyata maupun gaib. (QS Al-Maidah [5]: 83).

Kedua, menjadikan Alquran sebagai kawan akrab dalam kehidupan, yakni sebagai bahan bacaan terbaik dalam perjalanan umat manusia. (QS Al-Baqarah [2]: 121).

Ketiga, berupaya memahami setiap kata dan kalimat indah yang tertera dalam kitab mulia ini. Tadabbur Alquran dilakukan dengan mengulangi ayat-ayat yang dibaca dan merepasinya dalam hati. (QS An-Nisa' [4]: 82).

Keempat, mencoba menghafalkan dan menjaga hafalan ayat demi ayat dengan sepenuh jiwa. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang di dalam rongga tubuhnya tidak ada sedikit pun Alquran, tak ubahnya bagaikan rumah yang bobrok."

Kelima, mengamalkannya dalam hidup keseharian dan berpegang teguh pada hukum-hukumnya. Senantiasa berusaha menyelaraskan hidup dan tingkah laku, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Karena, sesungguhnya akhlak Rasul SAW adalah gambaran aplikatif dari Alquran.

Marilah kita menjadi Alquran sebagai teman sejati. Ke mana dan di manapun berada, Alquran selalu menjadi tuntunan. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dari Hudzaifah, "Hendaklah kalian sekalian beredar bersama kitab Allah ke mana saja dia beredar."

Bila sudah demikian, tak ada lagi kekhawatiran menghadapi berbagai himpitan. Bahkan, saat puncak kesulitan menerpa setiap diri di hari perhitungan kelak, Alquran akan menjadi syafaat. Wallahu a'lam.

REPUBLIKA.CO.ID,

17 Sep 2010

PUNCAK GARUDA (Gn. Merapi) TELAH RUNTUH

Seperti tahun-tahun sebelumnya saat libur lebaran datang ku luangkan sedikit waktu tuk berbagi dengan alam, sekaligus melepas rindu akan dinginnya kabut pegunungan. Rencana semula kami sangat ingin sekali mendaki gunung lawu tapi akhirnya dialihkan ke gunung merapi karena waktu libur yang terbatas.

Lebaran H+3 minggu sore setelah mengikuti acara kumpul keluarga, sore yang mendung dan hujan rintik-rintik mengawali perjalanan besama laju roda dua yang kunaiki. Perjalanan ini tak sendiri ku ditemani dengan sahabat Topik dan Yudhi, dan kita ketemuan di lampumerah bendogantungan klaten.

Minggu 12 september 2010 20:00 wib. Hujan belum juga reda namun tekad sudah bulat, kami meneruskan perjalanan menuju basecamp lewat kota boyolali dan seperti biasa mampir di angkringan pinggir jalan makan nasi kucing, minum susu jahe , dan membeli nasi tuk perbekalan. Malam semakin larut sementara jam menunjukkan pukul 22:00, kita melanjutkan perjalanan ke basecamp. Deru 2 sepedamotor honda grand memecah kegelapan dan kesunyian, melaju di atas aspal hitam yang berkelok-kelok tajam hingga sampai basecamp 22:30. Istirahat sejenak memejamkan mata merehat raga yang lelah.

Basecamp Merapi, Senin 02:00 Start mendaki walau langkah terseyok-seyok karena mata masih belum 100% terbuka.. alias masih ngantuk, namun semangat tuk menggapai puncak tetap berkobar. Hujan telah reda meninggalkan bekas aliran-aliran air di jalur pendakian, sunyi senyap hanya suara alam dan saura canda tawa dari ketiga manusia memecah kesunyian selama perjalanan hingga akhirnya bertemu dengan kelompok pendaki lain yang sedang beristirahat di tengah perjalanan.

Pos 1 menjadi tempat istirahat pertama untuk mengisi perut yang sudah mulai melilit. Telo munthul menjadi santapan utama pagi itu, walau sebenernya telo munthul ini mempunyai efek negatif yaitu menimbulkan munthul sickness yaitu mengeluarkan gas amoniak yang tak henti2nya alias bikin ketut terus. Lumayan ketela manis ini bisa mengganjal perut.

Waktu terus berjalan seiring langkah kaki yang menapaki jalur yang semakin terjal, telo munthul didalam perutpun mulai bekerja menghasilkan tenaga dan gas... maap sobat jika berjalan di belakangku sering mencium bau gas amonia hehehe... efek munthul.

Semburat merah memancar terang di ufuk timur, Sebagai seorang muslim kami menunaikan sholat subuh berjamaah di tengah jalur menuju pos pasar bubrah. Sambil menungu sang mentari muncul dari balik tabir awan kami melajutkan perjalanan menuju pos pasar burah. Sesekali bertemu dengan kelompok pendaki yang lain.

Alhamdulillah, Pagi yang cerah ....


Antara Topik, munthul dan merapi

Ada cerita tersendiri dengan sahabat yang satu ini, yaitu seorang pecinta telo munthul. Setiap naik gunung sering sekali ada munthul didalam tasnya. Meskipun punya efek negatif sering mengeluarkan gas amonia.






Antara Yudhi, nasi kucing dan merapi


Yudhi ini merupakan sahabat baru dari kebumen yang kemarin sempat mencetuskan istilah gili manuk, gili bahasa kebumen artinya jalan nah kalo manuk artinya burung nak kalo gli manuk di gabungkan trus artinya apa ya??? Hehe coba di artikan sendiri.

Yudhi bilang sudah 3 tahun tak makan nasi kucing, untungnya tadi malam mbungkus nasi kucing 3 biji. Akhirnya kesampaian juga makan nasi kucing di lereng merapi.


Antara aku, puncak garuda dan merapi

Pos pasar bubrah 06:00 wib, Pagi ini alhamdulillah cuaca cerah namu sang mentari masih tertutup awan sehingga cahayanyapun tidak begitu terik, berlahan kabut tebal berjalan dari arah timur

sesekali sang mentari tak terlihat pancaran sinarnya. Dingin, angin berhembus sepoi-sepoi menyelimuti kami yang sedang bercengkrama. Kopi hangat dan mi rebus menjadi menu utama di pagi itu.


Ku lihat ke atas kubah, tak seperti biasanya kulihat asap yang sangat tebal dan pekat membumbung tinggi ke atas. Sekali kurasakan gempa lokal dan suara gemuruh, ini pengalaman pertamaku merasakan gempa lokal gunung merapi yang kemungkinan berasal dari perut gunung merapi.

Ah rasanya tidak lengkap kalo kita nggak mendaki sampai puncak sekaligus mengupdate keadaan puncak merapi, karena struktur puncak merapi ini kadang bisa berubah ubah. Sahabat topik memilih untuk tetap tinggak di pos pasar bubrah karena dia lebih berat tidur dari pada jalan lagi ke atas. Sementara aku dan yudhi mulai berangkat menuju puncak merapi.

Dan kini Puncak garuda pun tlah runtuh ...... puncak tertinggi gunung merapi kini tak dapat digapai lagi karena puncak tertinggi saat ini adalah kubah baru sisa letusan tahun 2006 dan yang tersisa adalah pelataran disamping kubah.


Kajian.Net
Koleksi Ceramah Islam MP3