12 Nov 2009

Kilimanjaro, Taman Nasional Tanpa Sampah


Berada 340 km selatan garis ekuator, Gunung Kilimanjaro merupakan salah satu dari tiga gunung beratapkan salju abadi di garis khatulistiwa, selain Cayambe di Ekuador dan puncak Jaya di Indonesia.

Sebagai obyek utama di Tanzania dan simbol dari negara-negara Afrika Timur, pada tahun 1973 kawasan Kilimanjaro dijadikan Taman Nasional, dan pada tahun 1987 Kilimanjaro National Park (KINAPA) diakui sebagai Warisan Alam Dunia oleh PBB. Saat ini, kawasan Kilimanjaro dengan Puncak Kibo (5.895 m dpl) sebagai atap tertinggi benua Afrika, dikunjungi lebih dari 35.000 pengunjung setiap tahun.

Berbagai kemudahan akses, akomodasi, keamanan, serta jasa pemandu profesional, memungkinkan semakin banyak orang menikmati keindahan alam yang semakin langka ini. Kilimanjaro sebagai warisan alam dunia berbenah diri dan dalam 4 tahun terakhir kunjungan wisatawan meningkat lebih tiga kali lipat. Manakjubkan.

Mengamati pengelolaan alam di Kili, perjalanan dalam misi "Kilimanjaro for Lupus" ini terus membuat takjub dan iri hati. Tanzania, negara berkembang dengan lebih 30 persen penduduknya di bawah garis kemiskinan, mampu berdisiplin tinggi. Gerbang Marangu merupakan satu dari 7 rute pendakian ke puncak Kilimanjaro di ketinggian 1.800 m. Bangunan kantor pengelola berisi 3 petugas dipenuhi para calon pendaki yang antre rapi.

Di depannya kios kecil, berisi lengkap kebutuhan pendakian hingga dagangan suvenir. Fasilitas kamar mandi duduk dan area piknik tertata rapi dan bersih, empat papan pengumuman pendakian, larangan, imbauan serta peraturan pendakian terjajar apik di papan kayu dengan ukiran tulisan yang mudah dibaca.

Seluruh bangunan teridentifikasi dengan papan tunjuk yang jelas. Tidak terlihat tong sampah, tetapi tidak kami temukan satu pun sampah tercecer. Para pemandu dengan andal membantu kami registrasi dan mengatur logistik bersama 26 pengangkut barang, koki, dan asisten pemandu yang sebagian besar merupakan suku Chagga, suku terbesar di kawasan Kilimanjaro.

Suasana alam yang murni sepanjang 70 km perjalanan naik-turun kami rasakan demikian dalam. Flora-fauna yang kami temui tampak tenang tidak terusik. Area piknik berupa meja bangku kayu, pondok WC yang bersih dan terawat di setiap 5-7 km perjalanan, 3 pondok pendaki berkapasitas 70 orang di Mandara, 148 orang di Horombo serta 58 orang di Kibo siap menyambut.

Pemandu

Tiap pondok berstruktur segitiga dengan tempat tidur susun untuk 4-10 pendaki merupakan bangunan kayu dengan alas tidur dan bantal. Pondok itu cukup membuat tidur kami lebih nyaman dibandingkan di tenda. Selain itu, tersedia WC dengan air melimpah, aula makan, dapur umum serta pondok khusus pemandu dan porter, ditambah panel matahari yang siap menerangi setiap ruang setiap malamnya.

Fasilitas baik tanpa kedisiplinan pengguna, apalah artinya. Di KINAPA para pemandu memegang kunci utama dalam pengelolaan taman nasional. Dengan sistem pengategorian pemandu versus imbalan, mereka dituntut terus meningkatkan kemampuan pelayanan, pengetahuan alam, pengetahuan teknis pendakian dan penyelamatan, serta kemampuan berkomunikasi dan berbahasa.

Sistem penalti, berupa skorsing hingga pencabutan lisensi, diberlakukan manajemen KINAPA untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran, seperti penggunaan bahan bakar yang tidak dianjurkan, mengganggu flora fauna, penggunaan rute di luar ketentuan, keteledoran pemandu, dan peraturan ketat lainnya yang bisa menghentikan sumber pendapatan para pemandu.

Menjadi pemandu merupakan impian kebanyakan warga suku Chagga yang tinggal di seputar kaki Kilimanjaro. Butuh lebih dari 5 tahun untuk menjadi kepala pemandu, dengan imbalan tertinggi. Dengan 2-3 tahun pengalaman menjadi porter untuk menempa fisiknya, 2 tahun pendidikan on the job training sebagai guide assistant, hingga akhirnya tes oleh KINAPA untuk sertifikasi pemandu.

Laiknya di negara berkembang, kesejahteraan para pemandu dan porter masih menjadi isu penting. Keuntungan besar masih lebih banyak terserap para operator wisata yang bermukim di perkotaan. Fasilitas kelengkapan peralatan pendakian hingga pakaian yang layak tidak selalu dapat terpenuhi. Hingga banyak yang menderita sakit bahkan kematian.

Dua asosiasi besar dibentuk di awal tahun 2003; KPAP (Kilimanjaro Porters Assistance Project) serta KGPU (Kilimanjaro Guides and Porter Union). KPAP merupakan inisiatif International Mountain Explorers Connections yang berbasis di Amerika, yang memperjuangkan hak-hak para porter di seluruh dunia, seperti di kawasan Annapurna Sanctuary Nepal dan Inca trail di Peru. Layanannya berupa peminjaman perlengkapan hingga pakaian yang layak cuma-cuma; pelatihan bahasa Inggris, P3K hingga pengetahuan HIV yang melanda delapan persen penduduk Tanzania; manajemen keuangan pribadi; serta memberikan edukasi kepada pengguna jasa porter. Sedang KGPU didirikan mantan pemandu dan porter, Joseph Nyabasi, dengan tujuan memperbaiki kesejahteraan mereka yang mencari nafkah dari gunung melalui misi yang sama.

Tuntutan profesionalitas yang dibarengi dengan berbagai badan perlindungan pekerja di gunung, menjadikan kawasan ini salah satu tujuan wisata alam terpopuler.

Kilimanjaro sebagai salah satu "The Big Seven" gunung tertinggi di setiap benua di dunia mendorong Pemerintah Tanzania berbenah diri. Kesiapan Tanzania menyambut para wisatawan alam ini tentunya dapat ditiru juga oleh pemerintah dan pemerhati alam di Indonesia, di mana Gunung Carstensz Pyramid, kawasan Jayawijaya Papua Indonesia, juga menjadi salah satu dari "The Big Seven".

2 komentar:

  1. Wah cerita seru neh bro...
    Kpn bs ke Kalimanjaro ya!?
    Cb gunung di Indonesia sebersih & serapi itu,mungkin ga ya???

    BalasHapus
  2. tedi ibeng subarkah17 April 2011 pukul 10.29

    Patut ditiru oleh pengelola wisata alam di Indonesia Bravo

    BalasHapus

TiNgGalKaN JEJAKmu dIsiNi soBaT ...

Kajian.Net
Koleksi Ceramah Islam MP3